- LOKASI DAN LINGKUNGAN ALAM
Secara administratif, Desa Lenek adalah termasuk dalam wilayah Kecamatan Lenek,Kabupaten Lombok Timur,Provinsi Nusa Tenggara Barat.Letak Desa Lenek berjarak 3 km kearah barat dari ibukota Kecamatan Lenek. Sedangkan orbitasi pusat desa dari ibukota kabupaten adalah 15 km ke arah utara dan dapat dicapai dengan kendaraan umum melalui prasarana jalan beraspal.sementara orbitasi pusat desa dari ibukota provinsi adalah 51 km ke arah timur yang juga dapat dicapai melalui prasarana jalan aspal dengan segala jenis kendaraan.
Masyarakat Desa Lenek adalah termasuk masyarakat sasak yang masih berusaha mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam sendi-sendi kehidupan kesehariannya,Yang diekspresikan melalui tradisi berkesenian.tradisi kesenian inilah akhirnya membedakan masyarakat desa lenek dengan desa-desa lainnya,sehingga tak jarang masyarakat sasak lainya akan mengidentikkan masyarakat desa lenek dengan produk keseniannya .Dan diantara produk kesenian yang paling menonjol itu adalah kesenian musik dan tari tradisionalnya kendati dalam sifatnya yang sudah bukan lagi sakral secara utuh.Salah satu produk keseniannya yang walaupun lebih bersifat profan namun telah mampu memberi arti dalam proses berlangsungnya kehidupan sosial budaya masyarakat Lenek,ialah kesenian KECIMOL.Dan fungsinya kecimol pada masyarakat Desa Lenek inilah yang akan diangkat ke permukaan dan dikaji secara fungsional.
Masyarakat Desa Lenek adalah penduduk asli pulau Lombok yang menjadi pendukung budaya sasak.Namun karena faktor kesejarahannya yang pernah berada di bawah pengaruh Majapahit,Sumbawa dan Karangasem-Bali,maka hal tersebut menyebabkan menjadi semacam kancah akulturasi rumpun-rumpun budaya Jawa,Bali,Melayu dan Islam serta tentu saja budaya Sasak sendiri.
Dilihat dari kenyataan kesejahtraannya ,diduga banyak aspek-aspek tradisional sasak yang mengalami semacam erosi dan terkadang pula nampak semacam distorsi. Hal ini menjadi dapat dimaklumi karena proses budaya adalah proses kehidupan manusia itu sendiri.Bagi tradisionalitas sasak termasuk juga seni musik dan tariannya,kondisi masa lampau tersebut telah melahirkan kondisi masa kini yang secara implisit terdapat semacam kerinduan akan sasak;yang inti ,yang mendasar dan sejenisnya. Kerinduan akan seni musik dan tari sasak adalah kerinduan akan sebuah nada-nada dan gerak –gerak dasar. Selanjutnya akibat yang ditimbulkan oleh ’kekinian’seni musik dan dan tari sasak dengan tanpa sesuatu yang dasar itu adalah semacam keberadaan tanpa pemilik,sehingga kehadiraannya sering menjadi bahan gunjingan,
Wilayah desa Lenek terbagi/meliputi 11 kekadusan(dusun),dengan luas seluruhnya 315,978 Ha/M2 pada saat ini.Adapun ke sebelas dusun tersebut adalah : Dusun Koloh Motong ( dulunya Dusun gubuk koloh ), Dusun Karang Luar, Dusun Gubuk Jero, dusun karang Tembar, Dusun Karang Ranjong, Dusun Paok Pondong, Dusun Dasan Montong, Dusun Paok Pondong Lauk dan 3 buah Dusun baru yaitu Dusun Kali Sinta, Dusun Otak Desa Timuk dan Dusun karang Ranjong Barat yang terbentuk pada tahun 2012. Berkurangnya jumlah dusun di Desa Lenek dari yang dulu berjumlah 26 Kekadusan tidak lain disebabkan karena pemekaran Desa dimana desa Lenek pada saat ini terbagi menjadi 8 Desa yaitu Desa Lenek, Desa Lenek Daya, Desa Lenek Lauk, Desa Lenek Pesiraman, Desa Lenek Kalibambang, Desa Lenek Ramban Biak, Desa Lenek Baru, dan Desa Lenek Duren.
Wilayah Desa Lenek secara keseluruhan yang membentang memanjang dari utara ke selatan ,diperkirakan sepanjang 22,5 km sementara lebarnya hanya 2 km. desa lenek dibelah dua oleh jalan negara jurusan masbagik menuju labuhan lombok ,yaitu terletak pada kilometer 50 dan 52.
Seperti telah dijelaskan di atas bahwa wilayah Desa lenek membentang dari utara ke selatan.wilayah desa lenek bagian utara merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 500-900 meter dari permukaan laut,serta dengan kemiringan tanah rata-rata berkisar antara 15-20 %.
Wilayah desa Lenek bagian tengah dan selatan merupakan dataran rendah bukan pantai,dengan ketinggian 100 sampai 500 meter dari permukaan laut dan dengan rata –rata kemiringan tanah adalah 10%.
Dalam wilayah itulah penduduk desa lenek hidup dan berpenghidupan mendirikan tempat pemukiman mereka,bertani ,berladang,berternak,serta mengembalakan ternaknya ,yang meliputi luas sebesar 4.055 Ha1) dengan batas –batesnya sebagai berikut:sebelah utara adalah hutan tutupan dikaki gunung rinjani ,sebelah selatan berbatasan dengan desa korleko kecamatan selong ,sebselah timur berbatasan dengan desa Lenek kecamatan Lenek ,dan sebelah barat berbatasan dengan desa pringgasela wilayah kecamatan masbagik ,desa anjani ,desa suralaga serta desa bagiq papan wilayah kecakmatan sukamulia.
Keadaan tanah di Wilayah Desa Lenek berdasarkan data yang diperoleh dari balai penyuluhan pertanian(BPP) Lenek menunjukakan bahwa secara geologis sebaran tanah pada wilayah kerja BPP lenek didominasi oleh jenis tanah regosol kemudian diikuti oleh jenis alluvial.Jenis tanah regoso ini mempunyai kandungan unsur hara yang beranekaragam dan bersifat agak forus .jenis tanah seperti ini biasanya cocok untuk tanaman ,palawija dan tembakau serta tebu.
Secara teoritis daerah Nusa Tenggara Barat umumnya dipengaruhi oleh dua perubahan arah angin dalam setiap tahun yang bertiup secara tetep pada waktu – waktu tertentu, masing – masing dari arah tenggara dan barat laut.angin –angin itulah yang dikenal dengan nama angin musim dan menyebabkan terjadinya musim kemarau dari bulan april hingga september,dan musim penghujan dari bulan oktober sampai maret.oleh karena itulah maka daerah nusa tenggara barat mempunyai iklim dengan sebutan tropik musim.namun pada kenyataannya di desa lenek untuk tahun terakhir ini musim kemarau berlangsung lebih panjang yaitu dari april sampai novembter.dalam musim kemarau itu sangat sedikit sekali curah hujannya ,bahkan hampir tidak turun hujan.
1.2 sejarah desa lenek
Menurut sejarahnya diketahui bahwa desa tertua di pulau Lombok bernama Desa Perigi yang terletak di Kecamatan Pringgabaya sekarang. Kendatipun demikian ada juga sumber atau versi lain yang mengatakan bahwa desa pertama dan tertua di pulau Lombok adalah sebuah desa yang di kenal dengan sebutan Desa Laek ( desa lama ) yang diperkirakan terletak disekitar Kecamatan Sambelia sekarang. Pada suatu saat Desa Perigi ini dilanda musibah yang sangat mengenaskan,yaitu banjir bandang yang disebabkan oleh meluapnya air Danau Segara Anak sehingga mengakibatkan hanyut dan tenggelamnya Desa Perigi tersebut. Melihat hal demikian, Sebagian masyarakat pergi mengungsi kedaerah pegunungan untuk menyelamatkan diri. Kemudian Setelah banjir tersebut mereda seluruh masyarakat Desa Perigi yang selamat(raja berserta rakyatnya) pergi meninggalkan desanya dan mencari tempat baru untuk dijadikan sebagai tempat tinggal, tempat baru ini dikenal dengan nama Labuan Lombok, yang terletak di kabupaten Lombok timur. Kemudian ditempat itulah mereka memulai kehidupan yang baru.
Setelah berjalan beberapa generasi,maka pada suatu saat raja memerintahkan kepada sebagian rakyatnya untuk meninggalkan desa Labuan Lombok dengan tujuan mencari tempat yang masih kosong, untuk dijadikan tempat tinggal yang baru.
Diantara kelompok-kelompok masyarkat itu, ada yang singgah kemudian menetap diantara desa-desa yang sekarang ini bernama: Desa Borok Dadap, Desa Sukatain,Desa Langko,dan Desa Sukamulia. Sementara itu kelompok masyarakat yang sampai di Desa Sukamulia inilah kemudian menjadi cikal bakal penduduk Desa Lenek sekarang ini.
Bahwa Desa Lenek ini dulu pertama kali bernama Desa Sukamulia,jadi sebelum bernama Lenek,dahulunya bernama Sukamulia. Penduduk Desa Sukamulia ini berjumlah 140 orang,yang anehnya tidak bisa berkembang biak,entah karena apa, kendatipun ada yang mengatakan itu karena pengaruh desanya.Pada massa itu yang menjadi Penoak Desa ( Pimpinan Desa ) adalah baloq dasa. Anehnya kendati dia tidak menjadi raja, walau hanaya selaku pimpinan desa, yang saat itu disebut Penoak Desa,tetapi beliau mempunyai patih yang berjumlah empat orang. Adapun keempat patih itu yakni: (a) Patih Tembeng Bagia, (b)Patih Si Nyiur, (c)Patih Demung Papak, dan (d) Patih Ramban Biaq.
Pada suatu hari Patih Ramban Biaq diutus oleh baloq dasa pergi ke Kerajaan Selaparang untuk melaporkan kepada raja disana tentang kondisi masyarakat desa sukamulia yang tidak bisa berkembang.
Kemudian singkat cerita, Raja Selaparang mengutus keempat patih tersebut untuk pergi menemui keluarga raja yang bernama Raden Wirangbaya di Desa Benoa (kerajaan Benoa) di Lombok tengah. Setelah sampai di Desa Benoa, mereka semua kemudian melaporkan kepada Raden Wirangbaya bahwa Raja Selaparang telah mengangkat Raden Wirangbaya untuk menjadi pimpinan di Desa Sukamulia.Dan untuk membantu tugas–tugas Raden Wirangbaya, maka Raja Selaparang berkenan memberikan pengiring/pengikut sebanayak 160 orang, serta beberapa buah pusaka antara lain: (1).Boneka /Patung Kucing Mas (Meong Mas),yaitu sebuah boneka kucing yang disaput /dilapisi mas murni. (2). Sebuah keris yang juga dilapisi mas murni ,diberi nama Bung Papak/Si Papak,(3) SabukBelo, (4)Tombak, dan beberapa pusaka lainnya.
Setelah beberapa tahun memimpin Desa Sukamulia (presak), kemudian Raden Wirangbaya memindahkan pusat pemerintahannya kesebelah utara sejauh lebih kurang satu kilometer. Perkampungan baru yang pertamakali di buat itu di beri nama Gubuk Koloh Petung, akan tetapi oleh masyarakat di kenal dengan sebutan Lendek (bergeser,pergeseran/perpindahan sejauh 1 km),kemudian lama-kelamaan ahirnya dikenal dengan sebutan lenek. Adapun mengenai kapan dilaksanaknnya perpindahan itu tidak dapat di ketahui dengan pasti dalam artian tidak ada data tertulis mengenai hal tersebut. Hanya saja pada waktu itu diketahui bahwa agama islam sudah masuk dan berkembang di Desa Sukamulia ini walaupun belum begitu pesat. Dalam beberapa informasi tersebut bila di hubungkan dan tilik data tentang sejarah masuknya agama islam di Lombok yaitu sekitar abat ke 16,dan juga bahwa periode Kerajaan Selaparang islam adalah mulai pertengahan abat ke 16 hingga pertengahan abat ke 18,maka bisa diperkirakan Raden Wirangbaya melaksanakan (memerintahkan untuk melaksanakan ) rencananya itu adalah sekitar antara ahir abad ke 16 atau awal abad ke 17.
Setelah berpindah tempat, jumlah penduduknya pun sudah mulai berkembang dengan cukup pesat.ini terjadi karena telah “dimulainya” perkawinan antara penduduk sukamulia (140 orang) dengan pengikut Raden Wirangbaya yang berjumlah 160 orang. di masa inilah kemudian Raden Wirangbaya mengutus keempat orang patih tersebut untuk pergi ketempat yang masih berada di bawah kekuasaanya untuk menjadi wakilnya didalam memerintah ditempatnya masing masing. Patih Demung Papak di perintahkan untuk menuju kesebelah barat desa yang dinamakan Dasan Paok Pondong.disini Patih Demung Papak ini berdomisisli dan menjalankan tugasnya sebagai wakil Raden Wirangbaya.
Patih Tembeng Bagia diperintahkan menuju ke sebelah selatan desa tepatnya di Dusun Dasan Tembeng.sementara itu Patih Si Nyiur juga menuju ke selatan ,hanya saja kalau patih tembeng bagia keselatan barat,maka patih si nyiur ke selatan bagian timur.dan ditempat yang diperintahkan yang diperintah oleh Patih Si Nyiur inilah yang sekarang dikenal dengan nama Dasan Nyiur,sesuai dengan nama patih itu.akhirnya Patih Ramban Biak diperintahkan menuju kesebelah utara desa yang kemudian daerah itu dinamakan Dasan Ramban Biak.
Untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman agama pada masyarakat /rakyatnya maka Raden Wirangbaya memerintahkan untuk mendirikan sebuah bangunan sarana peribadatan sebagai tempat mengajar agama islam yang dinamakan Pesantren. Atau yang oleh masyarakat setempat biasanya disebut santren. Pada saat pertama kali didirikan santren itu dinamakan: Santren Mulang. Dinamakan demikian karena memang tempat itu digunakan untuk mengajarkan ajaran-ajaran agama (mulang berasal dari bahasa jawa yang berarti mengajar).tapi entah karena apa akhirnya lama-kelamaan nama Santren Mulang berubah menjadi Santren Malang.dari hal ini dapat diketahui seberapa besar pengaruh jawa (Majapahit) terhadap kehidupan rakyat Desa Lenek waktu itu,dan juga sampai hari ini.
Selain itu,juga didirikan sebuah tempat pemandian yang tujuannya ialah disamping untuk tempat mandi,juga sebagai tempat rekreasi maupun istirahat, tempat ini dinamakan Pesirman.Kemudian seperti halnya pada banyak kejadian maka nama itupun saat ini lebih dikenal dengan Pesiraman.
Dari proses kesejarahan tersebut ,maka walaupun secara geografis letak Desa Lenek demikian adanya, akan tetapi kultur/budaya masyarakatnya tetap memiliki banyak kesamaan. Hal ini juga yang menyebabkan mereka tetap merasa satu, sebagai salah satu buktinya adalah bahwa tidak jarang terjadi sekelompok keluarga yang berdomisili di ujung utara desa masih bersaudara dengan yang diujung selatan. Faktor pendukung lainnya adalah terdapatnya beberapa peninggalan sejarah , seperti bekas masjid tua ”mesjid presak ”
(presak= bekas desa yang ditinggalkan) dan bekas pakaian orang tua yang disebut mijo.
dari versi lain di peroleh informasi bahwa kata lenek itu sendiri berasal dari kata daerah setempat lendek yang dipreteli atau diambil. Konon pada zaman lampau wilayah desa lenek sedemikian luasnya hingga karena pada waktu itu masalah perhubungan masih sedemikian sulitnya,maka pembinaan masyarakat dab wilayahnya pun menjadi sangat sulit.kondisi inilah yang menyebabkan desa desa tetangga ( kedatuan,waktu itu );misalya kedatuan kalijaga disebelah timur, kedatuan suralaga di sebelah selatan,serta kedatuan pengadangan disebelah utara, mereka rata rata mengambil wilayah desa lenek yang waktu itu masih banyak yang kosong.kedatuan lenek yang sementara itu berpusat di desa sukamulia,merestui pelendekan dengan tetangganya.sejak saat itu pemerintah desa ( Jero Riawang ), memberikankan sebagian tanah wilayat untuk kepentingan desa pada saat itu sebagai pecatu. Ini terjadi pada saat pemerintahan Jero Riawang pada tahun 1901 s/d 1926. Dan selanjutnya turun temurun untuk kepentingan desa lenek secara keseluruhan.
Sampai saat ini masyarakat Desa Lenek adalah merupakan salah satu masyarakat yang masih mampu melestarikan budaya daerah setempat dalam lingkaran hidupnya, baik yang berupa upacara yang bersifat ritual maupun upacara lainnya. Beberapa upacara Daur Hidup yang masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Lenek diantaranya adalah upacara: Khitanan, Kelahiran ,Perkawinan,Juga Kematian.
Selain itu ada juga beberapa upacara yang berkaitan nilai agama yaitu: (1).Upacara Bubur Putek(tanggal 10 Muharram),
(2).Upacara Bubur Abang (tanggal 10 Syapar),
(3).Upacara Mulud Adat (tanggal 12 Rabbiulawal ),
serta ada pula upacara yang berkaitan dengan alam misalnya:
(1). Begawe Belauq,
(2).Upacara Ngalu Ujan,
(3).Upacara Betetulak,
(4).Upacara Ngayu-ayu,
(5).Upacara begawe bleq,
(6) gawe nyampang.
Sedangkan beberapa tokoh pemimpin yang pernah memimpin di Desa Lenek sampai saat ini menurut priode pemerintahan sejak tahun 1849 sampai sekarang adalah sebagai berikut :
- JERO KERTAWANG memimpin pada tahun 1849 sampai tahun 1893
- JERO PAWANG memimpin pada tahun 1893 sampai tahun 1901
- JERO RIAWANG memimpin pada tahun 1901 sampai tahun 1926
- BAPAK SRIANANG memimpin pada tahun 1926 sampai tahun 1928
- BAPAK ANOM memimpin pada tahun 1928 sampai tahun 1935
- H. FATHURRAHMAN memimpin pada tahun1935 sampai tahun 1937
- BAPAK DANE RAHIL memimpin pada tahun 1937 sampai tahun 1939
- BAPAK ISNA ( H. ISNAINI ) memimpin pada tahun 1939 sampai tahun 1947
- BAPAK ISNI memimpin pada tahun 1947 sampai tahun 1952
- BAPAK ISNA ( H. ISNAINI ) memimpin pada tahun 1952 sampai tahun 1957
- BAPAK ISNI memimpin kembali pada tahun 1957 sampai tahun 1962
- BAPAK ISNA MARZUKI Pjs. Kepala Desa Lenek pada tahun 1962
- BAPAK ISNA ( H. ISNAINI ) memimpin untuk ketiga kalinya pada tahun 1962 sampai tahun 1972
- BAPAK QAIBUL AKBAR memimpin pada tahun 1972 sampai tahun 1975
- BAPAK QAIBUL AKBAR untuk priode kedua pada tahun 1975 sampai tahun 1979
- BAPAK KIUMUDDIN memimpin pada tahun 1979 sampai tahun 1985
- LALU SURYANATA,BA Pjs. Kepala Desa Lenek pada tahun 1985
- BAPAK QAIBUL AKBAR memimpin untuk ketiga kalinya pada tahun 1985 sampai tahun 1993
- Drs. ACIH ALI memimpin pada tahun 1993 sampai tahun 2001
- Drs. M. IKHSAN Plt. Kepala Desa Lenek Tahun 2001 sampai tahun 2002
- LALU KARWINATA, SE memimpin Tahun 2002 sampai tahun 2007
- SUARDI memimpin pada tahun 2007 sampai sekarang.
@@@@@@@@@@@@@@@@==============@@@@@@@@@@@@@@@@
Lenek, Tahun 2013
Kepala Desa Lenek,
S U A R D I